Selasa, 23 Agustus 2011

skripsi NURHIKMAH (PTK Metode make- A match)



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanaan pada bulan Agustus tahun 2010 tentang pembelajaran biologi di sekolah SMA Negeri 1 Enrekang kelas XI IPA2  adalah pada saat berlangsungnya  proses pembelajaran biologi dikelas interaksi aktif positif antara siswa dengan guru, atau siswa dengan siswa jarang terjadi.Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang materi yang diajarkan dan kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi.mereka cenderung belajar sendiri-sendiri bahkan banyak di antara mereka yang melakukan aktivitas lain di luar proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap pelajaran biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang menyukai pelajaran biologi. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong rendah  yaitu 59,74 dikatakan rendah  karena belum mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah 65. Dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal.
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satu diantaranya adalah pembelajaran terpusat pada guru, dimana guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu, kemampuan guru dalam menyampaikan  materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik dan cenderung membosankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat tidak kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem reproduksi.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran  make - a match. Penerapan  metode  pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Metode pembelajaran make - a match digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ramadhan (2008), bahwa pembelajaran metode  make - a match mampu meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu pada tes awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73.
Hasil temuan lapangan yang dilakukan oleh Ramadhan  telah memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Rahayu dkk, bahwa suasana positif yang timbul dari pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru (Ramadhan, 2008). Berdasarkan fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan  menerapkan metode pembelajaran make - a match dalam mata pelajaran biologi pada materi sistem reproduksi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Metode Make - A Match di Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang”.

B.     Rumusan Masalah

1.    Bagaimana peningkatan aktivitas belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang melalui penerapan pembelajaran Make-A Match?
2.    Bagaimana peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang melalui penerapan metode Make – A Match.

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar biologi siswa melalui penerapan metode make - a match di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang.
2.    Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran metode make - a match di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang.
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagi guru, dapat menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran make - a match.
2.    Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan motivasi belajar agar lebih giat dan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
3.    Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan informasi dan pertimbangan,  khususnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR


A.    Tinjauan Pustaka
1.        Pengertian Belajar
Sudjana (1989) dalam Susilowati (2007) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukan dalam berbagaibentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek aspek yang lainyang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikhologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap dan bersifat konstan/menetap (Winkel, 1991) dalam (Haling, 2007).
Menurut Hamalik (2008), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu  hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan yang berlangsung secara otomatis. Sejalan dengan perumusan tersebut, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Tirtaharja dalam Haling (2007) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar yaitu : (a)  perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena perubahan tingkah laku karena proses kematangan. (b) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena perubahan kondisi fisik (c) hasil belajar bersifat relatif menetap. Sedangkan menurut Slameto (2003) ciri-ciri belajar yaitu (a) perubahan terjadi secara sadar (b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif (d) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (e) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah (f) perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku. Pada dasarnya belajar pada diri manusia, merupakan suatu  kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu tujuannya mengubah tingkah laku kearah yang lebih berkualitas dan sasaranya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomorik) dan sikap (afektif) (Haling, 2007).
Menurut Djamarah (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
a.       Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b.      Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas dengan keilmuan yang dimilikinya.
c.       Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan belajar anak.
d.      Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik, dengan bahan ajar sebagai perantaranya. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Gaya mengajar guru berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik.
e.       Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Ketika tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item  soal evaluasi.
f.       Suasana evaluasi  
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Satu atau dua orang pengawas perlu dihadirkan karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur. Pengawas mengamati semua sikap dan gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik selama pelaksanaan evaluasi.
2.        Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar tinggi ditandai dengan melakukan serangkaian kegiatan dalam konteks belajar dengan pendekatan inkuiri yaitu menunjukkan keaktivan dalam berdiskusi  dalam kelompoknya, merumuskan hipotesis atau membuat dugaan terhadap suatu fenomena fisika yang menjadi topik permasalahan, merencanakan serangkaian kegiatan untuk menguji hipotesis, melaksanakan kegiatan praktikum untuk menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya.  Siswa yang aktivitasnya rendah adalah yang melakukan kegiatan di luar konteks belajar  seperti mengobrol di luar topik yang sedang dibahas, mengganggu temannya yang sedang bekerja, mempermainkan peralatan praktik, mengerjakan tugas lain di luar pelajaran  (Suyatna, 2009).
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pengajaran tradisional juga melaksanakan asas aktivitas namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja, sehingga mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2008). Aktivitas siswa pada pembelajaran dapat berupa mendengarkan atau memperhatikan guru, berada dalam kelompok, membaca buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS), mengerjakan LKS, mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi pertanyaan, menyampaikan ide atau pendapat, mendengarkan dengan aktif, mengerjakan tugas atau rangkuman dari materi yang dipelajari (Sridesy, 2010). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa ditandai dengan berkurangnya dominansi guru dalam proses pembelajaran dan jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran meningkat.
3.    Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menereima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar, selanjutnya dari informasi tersebut, guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu (Hosim, 2010).
       Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam  Munawar (2009) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Hasil belajar ditinjau dari sisi siswa, merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar,  sedangkan hasil belajar ditinjau dari sisi guru, merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
       Menurut Munawar (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
a.    Faktor internal
1)      Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama adalah kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, dan anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan fisik antara lain, makan makanan yang sehat dan bergizi, banyak minum air putih, olahraga secara teratur, dan cukup tidur.
2)        Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut, pertama adalah intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.  Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b.    Faktor eksternal
1)   Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga juga merupakan lingkungan pertama dan utama yang menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2)   Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, dan tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3)   Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, dan pengajian remaja.
4.    Tinjauan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan bukan hanya menetes sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan dan dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba secara langsung menerapkan perlakuan. Model yang dapat diterapkan secara langsung dalam penelitian tindakan kelas yang paling dikenal adalah model yang dikemukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model PTK  yang menggambarkan empat langkah yaitu  perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat langka merupakan satu siklus atau putaran yang artinya sesudah langka refleksi kembali ke langka pertama yaitu perencanaan demikian seterusnya (Arikunto, 2006)
Menurut Arikunto (2006), penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut.
a.         Penelitian: kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.        Tindakan: suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan, dan
c.         Kelas: adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama menerima pelajaran yan sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Berdasarkan penggabungan batasan pengertian tiga kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas sebetulnya tidak sulit karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya dengan seksama. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan misalnya untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, dan penilaian (Arikunto, 2006).
Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam PTK ada 4, sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2006), antara lain sebagai berikut.
a.         Tahap I: menyususn rancangan tindakan yang dikenal dengan perencanaan.
b.        Tahap II: pelaksanaan tindakan
c.         Tahap III: pengamatan, dan
d.        Tahap IV: refleksi atau pantul
5.        Tinjauan Metode Pembelajaran Make a Match pada Materi Sistem Reproduksi

Salah satu dari ragam metode pembelajaran  yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah make - a match. Menurut Ramadhan (2008), teknik pembelajaran metode make - a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan make - a match adalah sebagai berikut.
a.         Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban,
b.        Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban,
c.         Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang,
d.        Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah),
e.          Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi    poin,
f.         Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
g.        Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok, dan
h.        Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran metode make - a match memberikan manfaat bagi siswa, diantaranya mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% (Ramadhan, 2008).
Menurut Ramadan (2008) pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas dalam wacana untuk sesi review (satu siswa berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memrintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokan dengan kartu (kartu soal dan kartu jawaban)yang dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. 
Rahayu (2009) menyatakan bahwa metode  pembelajaran  make – a match dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Metode pembelajaran make – a match akan diterapkan dalam mata pelajaran Biologi pada materi sistem reproduksi. Pemilihan metode pembelajaran ini berdasarkan karakteristik materi sistem reproduksi yang tergolong sulit karena materi yang kompleks. Kompleksitas dari materi sistem reproduksi ditunjukkan oleh bagan di bawah ini.       
Menurut Ramadhan (2008), metode pembelajaran  dapat dilihat pada bagan di atas bahwa pada pembelajaran sistem reproduksi manusia. Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan masing-masing akan dari kedua sistem repreoduksi tersebut adalah:

a.       Sistem Reproduksi Manusia yang terdiri atas:
1)   Alat Reproduksi Pria
Dimana alat reproduksi bagian dalam yang terdiri atas Testis, Saluran reproduksi, Kelenjar kelamin.dan bagian alat reproduksi luar terdiri atas satu bagian saja dengan nama penis.
2)   Alat Reproduksi Wanita
Pada alat reproduksi bagian luar dalam ini terdiri atas Ovarium, Tuba Fallopi, Uterus, dan Vagina dan Alat reproduksi bagian luarnya yaitu Vulva terdiri atas labia mayora, mons pubis,labia minora, organ klitoris, orificium uretra, dan hymen (selaput darah).
b.      Hormon dan pengaruhnya terhadap alat kelamin yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormon), LH (Luitinizing Hormon), Testosteron, Estrogen, Progesteron, Oksitosin, Relaksin, dan Laktogen (Bakthiar, 2007).
c.       Proses pembentukan gamet yaitu
1)      Pembentukan Gamet Jantan (Spermatogenesis)
2)        Pembentukan Ovum (Oogenesis)
d.      Siklus Menstruasi yang terdiri atas beberapa fase yaitu:
1)       Fase Proliferasi
2)        Fase Sekresi
3)        Fase Menstruasi.
e.       Kehamilan yang terjadi peristiwa perkembangan embrio yaitu
1)      Perkembangan Embrio di Dalam Uterus
2)        Proses Terbentuknya Memran Embrio
3)        Terbentuknya Plasenta
4)        Tali Pusar
f.       ASI (Air Susu Ibu)
g.      Mengatur Kelahiran
h.      Penularan dan Pencegahan Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Reproduksi (Bakhtiar , 2007)
Make – a match dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa bosan selama pembelajaran dan materi yang sulit menjadi  terasa mudah untuk dipelajari.  
6.   Media
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk  jamak dari medium yang secara arfiah berarti perantara atau pengantar. Media  adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sudrajat, 2008).  Menurut Djamarah (2006) adapun tipe- tipe media yaitu:
a.       Dilihat dari jenisnya,Media dibagi ke dalam:
1)      Media Auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja.
2)      Media visual adalah media yang hanya mengandalakan indra penglihatan.
3)      Media  Audivisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar.
b.      Dilihat dari daya liputannya  media dibagi dalam:
1)   Media dengan daya liput luas dan serentak yaitu pengunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
2)   Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat yaitu media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
Media untuk cara pengajaran individual yaitu media ini penggunannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
Menurut Sudrajat (2008) media memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah:
a.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimliki oleh para peserta didik. Pengalaman peserta didik berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak seperti ketersedian buku, kesempatan melancong, dan sebagainya.
b.      Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek yang disebabkan karena objek terlalu besar, objek terlalu kecil, objek terlalu lambat dan objek terlalu cepat.

B.     Kerangka Pikir
Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran Biologi pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang adalah pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, aktivitas belajar siswa rendah bahkan banyak diantaranya yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong rendah  yaitu 59,74 dikatakan rendah  karena belum mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah 65.dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu kemampuan guru dalam menyampaikan  materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik dan cenderung membosankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar Biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem reproduksi.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan mengembangkan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran  make - a match. Penerapan metode pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Metode make - a match digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa (Rahayu,2009). Peningkatkan aktivitas dan menyenangkan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar Biologi siswa.

C.      Hipotesis Tindakan
“Jika metode pembelajaran make - a match diterapkan dalam pembelajaran Biologi, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA negeri 1 Enrekang.








 BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus, setiap siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan.

B.   Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Enrekang. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA2  pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa sebanyak 36 orang, diantaranya 8 orang siswa laki-laki dan 28  orang siswa perempuan.

C.   Faktor Yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang tahun pelajaran 2010/2011 pada materi sistem reproduksi. Pengertian dari setiap faktor yang diselidiki adalah sebagai berikut:
1.    Aktivitas belajar biologi adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer selama pelaksanaan tindakan (Lihat pada lampiran 7) .
2.    Hasil belajar biologi adalah nilai yang diperoleh siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang  tahun pelajaran 2010/2011 pada materi sistem reproduksi tes tertulis yang menunjukkan tingkat pemahaman dan penguasaan materi.
D.      Posedur Penelitian
2.        Siklus II dilaksanakan dengan 3 kali pertemuan, sebanyak 6 jam pelajaran
(6 x 45 menit).
Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap pelaksanaan pada siklus I  dan II adalah sebagai berikut:
Siklus I

Pada siklus pertama dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 x 45 menit. Prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini adalah sebagai berikut:
1.    Perencanaan
Melakukan observasi awal di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang melalui pengamatan proses pembelajaran Biologi dan wawancara dengan siswa dan guru yang terlibat. Hasil observasi antara lain, guru masih dominan menggunakan metode ceramah terbimbing sehingga dalam kegiatan pembelajaran Biologi, guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Hal ini mengakibatkan, proses belajar mengajar cenderung monoton dan pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.  Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap pelajaran Biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang menyukai pelajaran Biologi. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa kurang dari 50% siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar Biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem reproduksi. Temuan ini merupakan bahan refleksi untuk melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I, antara lain sebagai berikut.
a. Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Biologi kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang mengenai cara mengatasi masalah yang terjadi di kelas yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran make – a match, kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana terlihat pada lampiran 2.
b. Merancang kartu soal dan jawaban yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang ada pada lampiran 8 dengan pembelajaran kooperatif metode  make – a match
c. Merancang instrumen penelitian yang meliputi tes hasil belajar siklus I dan II, pada lampiran  5 dan 6 dan lembar observasi aktivitas belajar siswa pada lampiran 7


2. Pelaksanaan tindakan
Tahap ini meliputi pelaksaaan proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran  make – a match yang dilakukan berdasarkan RPP bisa di lihat di lampiran dua yang telah dibuat disertai dengan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu  kartu soal dan jawaban, dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I dan II yang telah divalidasi dengan validasi ahli,  lembar observasi aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan,  antara lain sebagai berikut.
Pertemuan I Siklus I
Topik materi yang dipelajari pada pertemuan I adalah sistem reproduksi pada pria. Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan I antara lain sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan menunjukkan torso sistem reproduksi pria kepada siswa kemudian mengajukan pertanyaan ”Perhatikan torso yang ibu pegang! Tahukah kalian torso apa ini?” Guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab lalu mengarahkan siswa kepada jawaban bahwa torso tersebut adalah torso sistem reproduksi pada pria, setelah itu guru menjelaskan bahwa pada pertemuan kali ini yang akan dipelajari adalah sistem reproduksi pada manusia khususnya sistem reproduksi pada pria, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru kemudian menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Materi yang diberikan meliputi struktur dan fungsi organ reproduksi luar dan dalam pada pria, proses spermatogenesis, dan hormon-hormon reproduksi pada pria,kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, kemudian setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin, kemudian guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
Pertemuan II Siklus I
Pada materi yang dipelajari pertemuan II adalah sistem reproduksi pada wanita. Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan II, antara lain sebagai berikut. Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa kemudian memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan ”Apa materi yang dibahas pada pertemuan yang lalu?”, guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab kemudian guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan hari ini, materi yang akan dipelajari adalah sistem reproduksi pada wanita, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Materi yang diberikan meliputi struktur dan fungsi organ reproduksi luar dan dalam pada wanita, proses oogenesis, dan hormon-hormon reproduksi pada wanita. Guru menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran  make – a match kepada siswa, kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin. Guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
2.    Observasi dan evaluasi
Tahap observasi  dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan oleh  3 observer, yaitu guru mata pelajaran Biologi, wali kelas dan teman dengan cara mengisi lembar observasi.  Hal-hal yang terdapat pada lembar observasi meliputi: a. Aktif mencari pasangan; b. Aktif dalam mencocokkan kartu; c. Aktif berdiskusi dengan teman untuk memperoleh soal/jawaban dari kartu yang dipegang; d. Dapat mencocokkan kartu dengan benar dan tepat waktu; e. Aktif bertanya dalam kegiatan diskusi; f. Aktif menjawab pertanyaan dalam kegiatan diskusi; g. Aktif membuat kesimpulan atau resume. Kegiatan akhir dari tindakan siklus 1 adalah melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.


3.    Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Hasil analisis siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua. Hal-hal yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang sudah baik dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan  hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
Siklus II
Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus II yang sama dengan perencanaan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Pada siklus II ini juga dilaksanakan sebanyak 3 kali  pertemuan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya antara lain :
1.    Perencanaan
Pada tahap ini guru melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Enrekang dan membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang menstruasi, fertilisasi, kehamilan, laktasi dan pemberian ASI dengan menggunakan metode pembelajaran Make – a Match. (dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2). Setelah itu guru membuat lembar observasi untuk melihat keaktifan siswa selama tindakan berlangsung, dan yang terakhir adalah membuat tes hasil belajar siklus II tentang fertilisasi, kehamilan, laktasi dan pemberian ASI. (dapat dilihat pada lampiran 7).


2.     Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah mengulang langkah-langkah pada siklus I dan menambahkan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Adapun tahap-tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut.
Pertemuan I  Siklus II
Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan I  pada siklus dua ini antara lain sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan menunjukkan torso sistem reproduksi wanita kepada siswa kemudian mengajukan pertanyaan ”Adakah di antara kalian yang sedang mengalami menstruasi?! Tahukah kalian Mengapa bisa terjadi siklus menstruasi ?” Guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab  kemudian guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan hari ini materi yang akan dipelajari adalah proses yang terjadi pada sistem reproduksi wanita, termasuk diantaranya siklus menstruasi . Guru kemudian menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, kemudian setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin, kemudian guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
Pertemuan II Siklus II
Tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan II adalah sistem reproduksi pada wanita. Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan II, antara lain sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan ”Apa materi yang dibahas pada pertemuan yang lalu?”, guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab kemudian guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan hari ini, materi yang akan dipelajari adalah proses kelahiran bayi , Laktasi, Pemberian ASI dan kelainan pada sistem reproduksi pria dan wanita selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Guru menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif t  make – a match kepada siswa, kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin. Guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
3.    Observasi
Pada dasarnya tahap observasi pada siklus dua ini sama dengan observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti mencatat semua temuan dengan perubahan yang terjadi pada siswa serta melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa pada akhir tindakan siklus II.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar