Selasa, 23 Agustus 2011

skripsi NURHIKMAH (PTK Metode make- A match)



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanaan pada bulan Agustus tahun 2010 tentang pembelajaran biologi di sekolah SMA Negeri 1 Enrekang kelas XI IPA2  adalah pada saat berlangsungnya  proses pembelajaran biologi dikelas interaksi aktif positif antara siswa dengan guru, atau siswa dengan siswa jarang terjadi.Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang materi yang diajarkan dan kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi.mereka cenderung belajar sendiri-sendiri bahkan banyak di antara mereka yang melakukan aktivitas lain di luar proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap pelajaran biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang menyukai pelajaran biologi. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong rendah  yaitu 59,74 dikatakan rendah  karena belum mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah 65. Dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal.
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satu diantaranya adalah pembelajaran terpusat pada guru, dimana guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu, kemampuan guru dalam menyampaikan  materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik dan cenderung membosankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat tidak kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem reproduksi.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran  make - a match. Penerapan  metode  pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Metode pembelajaran make - a match digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ramadhan (2008), bahwa pembelajaran metode  make - a match mampu meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu pada tes awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73.
Hasil temuan lapangan yang dilakukan oleh Ramadhan  telah memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Rahayu dkk, bahwa suasana positif yang timbul dari pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru (Ramadhan, 2008). Berdasarkan fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan  menerapkan metode pembelajaran make - a match dalam mata pelajaran biologi pada materi sistem reproduksi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Metode Make - A Match di Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang”.

B.     Rumusan Masalah

1.    Bagaimana peningkatan aktivitas belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang melalui penerapan pembelajaran Make-A Match?
2.    Bagaimana peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang melalui penerapan metode Make – A Match.

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar biologi siswa melalui penerapan metode make - a match di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang.
2.    Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran metode make - a match di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang.
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagi guru, dapat menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran make - a match.
2.    Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan motivasi belajar agar lebih giat dan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
3.    Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan informasi dan pertimbangan,  khususnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR


A.    Tinjauan Pustaka
1.        Pengertian Belajar
Sudjana (1989) dalam Susilowati (2007) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukan dalam berbagaibentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek aspek yang lainyang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikhologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap dan bersifat konstan/menetap (Winkel, 1991) dalam (Haling, 2007).
Menurut Hamalik (2008), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu  hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan yang berlangsung secara otomatis. Sejalan dengan perumusan tersebut, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Tirtaharja dalam Haling (2007) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar yaitu : (a)  perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena perubahan tingkah laku karena proses kematangan. (b) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena perubahan kondisi fisik (c) hasil belajar bersifat relatif menetap. Sedangkan menurut Slameto (2003) ciri-ciri belajar yaitu (a) perubahan terjadi secara sadar (b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif (d) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (e) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah (f) perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku. Pada dasarnya belajar pada diri manusia, merupakan suatu  kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu tujuannya mengubah tingkah laku kearah yang lebih berkualitas dan sasaranya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomorik) dan sikap (afektif) (Haling, 2007).
Menurut Djamarah (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
a.       Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b.      Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas dengan keilmuan yang dimilikinya.
c.       Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan belajar anak.
d.      Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik, dengan bahan ajar sebagai perantaranya. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Gaya mengajar guru berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik.
e.       Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Ketika tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item  soal evaluasi.
f.       Suasana evaluasi  
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Satu atau dua orang pengawas perlu dihadirkan karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur. Pengawas mengamati semua sikap dan gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik selama pelaksanaan evaluasi.
2.        Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar tinggi ditandai dengan melakukan serangkaian kegiatan dalam konteks belajar dengan pendekatan inkuiri yaitu menunjukkan keaktivan dalam berdiskusi  dalam kelompoknya, merumuskan hipotesis atau membuat dugaan terhadap suatu fenomena fisika yang menjadi topik permasalahan, merencanakan serangkaian kegiatan untuk menguji hipotesis, melaksanakan kegiatan praktikum untuk menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya.  Siswa yang aktivitasnya rendah adalah yang melakukan kegiatan di luar konteks belajar  seperti mengobrol di luar topik yang sedang dibahas, mengganggu temannya yang sedang bekerja, mempermainkan peralatan praktik, mengerjakan tugas lain di luar pelajaran  (Suyatna, 2009).
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pengajaran tradisional juga melaksanakan asas aktivitas namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja, sehingga mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2008). Aktivitas siswa pada pembelajaran dapat berupa mendengarkan atau memperhatikan guru, berada dalam kelompok, membaca buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS), mengerjakan LKS, mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi pertanyaan, menyampaikan ide atau pendapat, mendengarkan dengan aktif, mengerjakan tugas atau rangkuman dari materi yang dipelajari (Sridesy, 2010). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa ditandai dengan berkurangnya dominansi guru dalam proses pembelajaran dan jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran meningkat.
3.    Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menereima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar, selanjutnya dari informasi tersebut, guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu (Hosim, 2010).
       Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam  Munawar (2009) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Hasil belajar ditinjau dari sisi siswa, merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar,  sedangkan hasil belajar ditinjau dari sisi guru, merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
       Menurut Munawar (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
a.    Faktor internal
1)      Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama adalah kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, dan anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan fisik antara lain, makan makanan yang sehat dan bergizi, banyak minum air putih, olahraga secara teratur, dan cukup tidur.
2)        Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut, pertama adalah intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.  Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b.    Faktor eksternal
1)   Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga juga merupakan lingkungan pertama dan utama yang menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2)   Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, dan tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3)   Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, dan pengajian remaja.
4.    Tinjauan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan bukan hanya menetes sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan dan dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba secara langsung menerapkan perlakuan. Model yang dapat diterapkan secara langsung dalam penelitian tindakan kelas yang paling dikenal adalah model yang dikemukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model PTK  yang menggambarkan empat langkah yaitu  perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat langka merupakan satu siklus atau putaran yang artinya sesudah langka refleksi kembali ke langka pertama yaitu perencanaan demikian seterusnya (Arikunto, 2006)
Menurut Arikunto (2006), penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut.
a.         Penelitian: kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.        Tindakan: suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan, dan
c.         Kelas: adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama menerima pelajaran yan sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Berdasarkan penggabungan batasan pengertian tiga kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas sebetulnya tidak sulit karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya dengan seksama. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan misalnya untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, dan penilaian (Arikunto, 2006).
Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam PTK ada 4, sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2006), antara lain sebagai berikut.
a.         Tahap I: menyususn rancangan tindakan yang dikenal dengan perencanaan.
b.        Tahap II: pelaksanaan tindakan
c.         Tahap III: pengamatan, dan
d.        Tahap IV: refleksi atau pantul
5.        Tinjauan Metode Pembelajaran Make a Match pada Materi Sistem Reproduksi

Salah satu dari ragam metode pembelajaran  yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah make - a match. Menurut Ramadhan (2008), teknik pembelajaran metode make - a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan make - a match adalah sebagai berikut.
a.         Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban,
b.        Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban,
c.         Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang,
d.        Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah),
e.          Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi    poin,
f.         Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
g.        Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok, dan
h.        Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran metode make - a match memberikan manfaat bagi siswa, diantaranya mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% (Ramadhan, 2008).
Menurut Ramadan (2008) pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas dalam wacana untuk sesi review (satu siswa berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memrintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokan dengan kartu (kartu soal dan kartu jawaban)yang dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. 
Rahayu (2009) menyatakan bahwa metode  pembelajaran  make – a match dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Metode pembelajaran make – a match akan diterapkan dalam mata pelajaran Biologi pada materi sistem reproduksi. Pemilihan metode pembelajaran ini berdasarkan karakteristik materi sistem reproduksi yang tergolong sulit karena materi yang kompleks. Kompleksitas dari materi sistem reproduksi ditunjukkan oleh bagan di bawah ini.       
Menurut Ramadhan (2008), metode pembelajaran  dapat dilihat pada bagan di atas bahwa pada pembelajaran sistem reproduksi manusia. Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan masing-masing akan dari kedua sistem repreoduksi tersebut adalah:

a.       Sistem Reproduksi Manusia yang terdiri atas:
1)   Alat Reproduksi Pria
Dimana alat reproduksi bagian dalam yang terdiri atas Testis, Saluran reproduksi, Kelenjar kelamin.dan bagian alat reproduksi luar terdiri atas satu bagian saja dengan nama penis.
2)   Alat Reproduksi Wanita
Pada alat reproduksi bagian luar dalam ini terdiri atas Ovarium, Tuba Fallopi, Uterus, dan Vagina dan Alat reproduksi bagian luarnya yaitu Vulva terdiri atas labia mayora, mons pubis,labia minora, organ klitoris, orificium uretra, dan hymen (selaput darah).
b.      Hormon dan pengaruhnya terhadap alat kelamin yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormon), LH (Luitinizing Hormon), Testosteron, Estrogen, Progesteron, Oksitosin, Relaksin, dan Laktogen (Bakthiar, 2007).
c.       Proses pembentukan gamet yaitu
1)      Pembentukan Gamet Jantan (Spermatogenesis)
2)        Pembentukan Ovum (Oogenesis)
d.      Siklus Menstruasi yang terdiri atas beberapa fase yaitu:
1)       Fase Proliferasi
2)        Fase Sekresi
3)        Fase Menstruasi.
e.       Kehamilan yang terjadi peristiwa perkembangan embrio yaitu
1)      Perkembangan Embrio di Dalam Uterus
2)        Proses Terbentuknya Memran Embrio
3)        Terbentuknya Plasenta
4)        Tali Pusar
f.       ASI (Air Susu Ibu)
g.      Mengatur Kelahiran
h.      Penularan dan Pencegahan Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Reproduksi (Bakhtiar , 2007)
Make – a match dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa bosan selama pembelajaran dan materi yang sulit menjadi  terasa mudah untuk dipelajari.  
6.   Media
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk  jamak dari medium yang secara arfiah berarti perantara atau pengantar. Media  adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sudrajat, 2008).  Menurut Djamarah (2006) adapun tipe- tipe media yaitu:
a.       Dilihat dari jenisnya,Media dibagi ke dalam:
1)      Media Auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja.
2)      Media visual adalah media yang hanya mengandalakan indra penglihatan.
3)      Media  Audivisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar.
b.      Dilihat dari daya liputannya  media dibagi dalam:
1)   Media dengan daya liput luas dan serentak yaitu pengunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
2)   Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat yaitu media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
Media untuk cara pengajaran individual yaitu media ini penggunannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
Menurut Sudrajat (2008) media memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah:
a.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimliki oleh para peserta didik. Pengalaman peserta didik berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak seperti ketersedian buku, kesempatan melancong, dan sebagainya.
b.      Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek yang disebabkan karena objek terlalu besar, objek terlalu kecil, objek terlalu lambat dan objek terlalu cepat.

B.     Kerangka Pikir
Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran Biologi pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang adalah pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, aktivitas belajar siswa rendah bahkan banyak diantaranya yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong rendah  yaitu 59,74 dikatakan rendah  karena belum mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah 65.dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu kemampuan guru dalam menyampaikan  materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik dan cenderung membosankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar Biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem reproduksi.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan mengembangkan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran  make - a match. Penerapan metode pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Metode make - a match digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa (Rahayu,2009). Peningkatkan aktivitas dan menyenangkan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar Biologi siswa.

C.      Hipotesis Tindakan
“Jika metode pembelajaran make - a match diterapkan dalam pembelajaran Biologi, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA negeri 1 Enrekang.








 BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus, setiap siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan.

B.   Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Enrekang. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA2  pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa sebanyak 36 orang, diantaranya 8 orang siswa laki-laki dan 28  orang siswa perempuan.

C.   Faktor Yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang tahun pelajaran 2010/2011 pada materi sistem reproduksi. Pengertian dari setiap faktor yang diselidiki adalah sebagai berikut:
1.    Aktivitas belajar biologi adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer selama pelaksanaan tindakan (Lihat pada lampiran 7) .
2.    Hasil belajar biologi adalah nilai yang diperoleh siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang  tahun pelajaran 2010/2011 pada materi sistem reproduksi tes tertulis yang menunjukkan tingkat pemahaman dan penguasaan materi.
D.      Posedur Penelitian
2.        Siklus II dilaksanakan dengan 3 kali pertemuan, sebanyak 6 jam pelajaran
(6 x 45 menit).
Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap pelaksanaan pada siklus I  dan II adalah sebagai berikut:
Siklus I

Pada siklus pertama dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 x 45 menit. Prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini adalah sebagai berikut:
1.    Perencanaan
Melakukan observasi awal di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang melalui pengamatan proses pembelajaran Biologi dan wawancara dengan siswa dan guru yang terlibat. Hasil observasi antara lain, guru masih dominan menggunakan metode ceramah terbimbing sehingga dalam kegiatan pembelajaran Biologi, guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Hal ini mengakibatkan, proses belajar mengajar cenderung monoton dan pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.  Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap pelajaran Biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang menyukai pelajaran Biologi. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa kurang dari 50% siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar Biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem reproduksi. Temuan ini merupakan bahan refleksi untuk melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I, antara lain sebagai berikut.
a. Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Biologi kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang mengenai cara mengatasi masalah yang terjadi di kelas yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran make – a match, kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana terlihat pada lampiran 2.
b. Merancang kartu soal dan jawaban yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang ada pada lampiran 8 dengan pembelajaran kooperatif metode  make – a match
c. Merancang instrumen penelitian yang meliputi tes hasil belajar siklus I dan II, pada lampiran  5 dan 6 dan lembar observasi aktivitas belajar siswa pada lampiran 7


2. Pelaksanaan tindakan
Tahap ini meliputi pelaksaaan proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran  make – a match yang dilakukan berdasarkan RPP bisa di lihat di lampiran dua yang telah dibuat disertai dengan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu  kartu soal dan jawaban, dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I dan II yang telah divalidasi dengan validasi ahli,  lembar observasi aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan,  antara lain sebagai berikut.
Pertemuan I Siklus I
Topik materi yang dipelajari pada pertemuan I adalah sistem reproduksi pada pria. Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan I antara lain sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan menunjukkan torso sistem reproduksi pria kepada siswa kemudian mengajukan pertanyaan ”Perhatikan torso yang ibu pegang! Tahukah kalian torso apa ini?” Guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab lalu mengarahkan siswa kepada jawaban bahwa torso tersebut adalah torso sistem reproduksi pada pria, setelah itu guru menjelaskan bahwa pada pertemuan kali ini yang akan dipelajari adalah sistem reproduksi pada manusia khususnya sistem reproduksi pada pria, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru kemudian menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Materi yang diberikan meliputi struktur dan fungsi organ reproduksi luar dan dalam pada pria, proses spermatogenesis, dan hormon-hormon reproduksi pada pria,kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, kemudian setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin, kemudian guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
Pertemuan II Siklus I
Pada materi yang dipelajari pertemuan II adalah sistem reproduksi pada wanita. Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan II, antara lain sebagai berikut. Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa kemudian memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan ”Apa materi yang dibahas pada pertemuan yang lalu?”, guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab kemudian guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan hari ini, materi yang akan dipelajari adalah sistem reproduksi pada wanita, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Materi yang diberikan meliputi struktur dan fungsi organ reproduksi luar dan dalam pada wanita, proses oogenesis, dan hormon-hormon reproduksi pada wanita. Guru menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran  make – a match kepada siswa, kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin. Guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
2.    Observasi dan evaluasi
Tahap observasi  dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan oleh  3 observer, yaitu guru mata pelajaran Biologi, wali kelas dan teman dengan cara mengisi lembar observasi.  Hal-hal yang terdapat pada lembar observasi meliputi: a. Aktif mencari pasangan; b. Aktif dalam mencocokkan kartu; c. Aktif berdiskusi dengan teman untuk memperoleh soal/jawaban dari kartu yang dipegang; d. Dapat mencocokkan kartu dengan benar dan tepat waktu; e. Aktif bertanya dalam kegiatan diskusi; f. Aktif menjawab pertanyaan dalam kegiatan diskusi; g. Aktif membuat kesimpulan atau resume. Kegiatan akhir dari tindakan siklus 1 adalah melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.


3.    Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Hasil analisis siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua. Hal-hal yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang sudah baik dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan  hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
Siklus II
Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus II yang sama dengan perencanaan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Pada siklus II ini juga dilaksanakan sebanyak 3 kali  pertemuan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya antara lain :
1.    Perencanaan
Pada tahap ini guru melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Enrekang dan membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang menstruasi, fertilisasi, kehamilan, laktasi dan pemberian ASI dengan menggunakan metode pembelajaran Make – a Match. (dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2). Setelah itu guru membuat lembar observasi untuk melihat keaktifan siswa selama tindakan berlangsung, dan yang terakhir adalah membuat tes hasil belajar siklus II tentang fertilisasi, kehamilan, laktasi dan pemberian ASI. (dapat dilihat pada lampiran 7).


2.     Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah mengulang langkah-langkah pada siklus I dan menambahkan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Adapun tahap-tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut.
Pertemuan I  Siklus II
Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan I  pada siklus dua ini antara lain sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan menunjukkan torso sistem reproduksi wanita kepada siswa kemudian mengajukan pertanyaan ”Adakah di antara kalian yang sedang mengalami menstruasi?! Tahukah kalian Mengapa bisa terjadi siklus menstruasi ?” Guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab  kemudian guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan hari ini materi yang akan dipelajari adalah proses yang terjadi pada sistem reproduksi wanita, termasuk diantaranya siklus menstruasi . Guru kemudian menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, kemudian setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin, kemudian guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
Pertemuan II Siklus II
Tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan II adalah sistem reproduksi pada wanita. Langkah-langkah dalam pelaksaan tindakan pada pertemuan II, antara lain sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan ”Apa materi yang dibahas pada pertemuan yang lalu?”, guru kemudian memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menjawab kemudian guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan hari ini, materi yang akan dipelajari adalah proses kelahiran bayi , Laktasi, Pemberian ASI dan kelainan pada sistem reproduksi pria dan wanita selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Guru menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif t  make – a match kepada siswa, kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A, yang terdiri dari 18 orang siswa campuran laki-laki dan perempuan, dan kelompok B, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan. Guru kemudian membagikan kartu yang bertuliskan soal kepada kelompok A, sedangkan untuk kelompok B, guru membagikan kartu bertuliskan jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu soal/jawaban. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar sebelum batas waktu diberi poin. Guru membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
3.    Observasi
Pada dasarnya tahap observasi pada siklus dua ini sama dengan observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti mencatat semua temuan dengan perubahan yang terjadi pada siswa serta melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa pada akhir tindakan siklus II.
4.    Refleksi
Refleksi diadakan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, demikian pula hasil tes belajar siswa. Dari hasil yang diperoleh, peneliti dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa serta membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan indikator keberhasilan.

E.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berupa pedoman observasi yang dikembangkan oleh peneliti, berisi daftar jenis kegiatan yang diamati selama proses pembelajaran yang terdiri atas  tujuh item aktivitas siswa (Lihat pada Lampiran 7)
2.    Data tentang hasil belajar diperoleh dari diperolah dari hasil tes siklus I dan siklus II sebagai instrumen penelitian. Bentuk tes yang digunakan adalah multiple choise (pilihan ganda) sejumlah 30 item pada siklus I dan siklus II yang disesuaikan dengan indikator yang ada dan disertai 5 pilihan jawaban dengan pengskoran 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.(Lihat lapiran 5) Instrumen terlebih dahulu telah divalidasi dengan menggunakan validasi ahli sebelum digunakan, selanjutnya data hasil belajar dianalisis untuk menentukan nilai hasil belajar Biologi yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
             Jumlah jawaban yang benar
Nilai = ------------------------------------ x 100
                           Jumlah soal
 




 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.     Lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung (dapat dilihat pada lampiran 7).
2.    Tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 30.  
(dapat dilihat pada lampiran 6)

G.   Teknik Analisis Data
Data aktivitas belajar siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang  yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara kualitatif, dengan harapan setelah dianalisis secara kualitatif maka hasil  dan aktivitas belajar siswa dapat diungkap. Analisis yang dilakukan berupa perhitungan jumlah siswa dan persentase siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan item aktivitas pada lembar observasi.
Hasil belajar siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang  dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu skor rata-rata yang diperoleh dari hasil tes tiap siklus, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengguasaan materi melalui penggambaran karakteristik distribusi nilai pencapaian hasil belajar Biologi siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran make – a match, yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai tertinggi (maksimal), dan nilai terendah (minimal). Nilai tersebut selanjutnya dikelompokkan menurut tabel pengkategorian sebagai berikut:
Table 2.1 Pengkategorian nilai hasil belajar biologi siswa
Skor
Kriteria
80 – 100
Baik sekali
66 – 79
Baik
56 – 65
Cukup
40 – 55
Kurang
30 – 39
Gagal
                                                                (Sumber: Arikunto, 2008)

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan kategori kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMA Negeri 1 Enrekang  untuk mata pelajaran Biologi. Kategori kriteria ketuntasan minimal dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Kategori kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Biologi
Nilai
Kriteria
≥ 65
Tuntas
< 65
Tidak Tuntas
                                                                   (Sumber: SMA Negeri 1Enrekangi)

H.   Indikator Keberhasilan
Indikator yang menunjukkan keberhasilan pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1.      Aktivitas Siswa
Indikator keberhasilan penelitian ini dari segi aktivitas adalah terjadinya peningkatan jumlah siswa yang melakukan setiap komponen aktivitas yang bernilai positif  dan sebaliknya yang bernilai negatif,  yang menjadi bahan pengamatan peneliti dan observer pada saat proses pembelajaran inkuiri dari siklus I ke siklus II, yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.
2.    Hasil Belajar
Indikator keberhasilan dari segi hasil belajar adalah bila persentase dan frekuensi  perolehan nilai hasil tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Indikator dari penilaian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar biologi mencapai nilai ketuntasan individu mencapai 65 dan ketuntasan klasikal harus mencapai 70% dari 36 siswa.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini akan dianalisis dan dibahas hasil-hasil penelitian mengenai aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II  terhadap metode pembelajaran Make-A Match setelah proses pembelajaran.

A.    Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang pada siklus I dan siklus II terhadap metode pembelajaran  Make- A match yang diperoleh melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persentase aktivitas siswa selama proses  pembelajaran dengan    penerapan metode pembelajaran  Make – A Match  pada siklus I dan siklus II

No.
Komponen Akitivitas Siswa yang Diamati
SIKLUS
I
II
(F)
(%)
(F)
(%)
1.
Mencatat penjelasan guru pada pemberian informasi
16
44,44
31
86,11

2
Mencari pasangan tepat waktu
11
30,56
25
69,44

3.
Berdiskusi dengan teman untuk memperoleh soal/jawaban dari kartu yang dipegang
14
38,89
26
72,22

4.
Kemampuan mencocokkan kartu dengan pasangan
13
36,11
27
75,00
5.
Bertanya dalam kegiatan diskusi
7
19,44
23
63,89

6.
Menjawab pertanyaan dalam kegiatan diskusi
9
25,00
22
61,11
7
Membuat resume/ringkasan dari materi yang telah dipelajari
12
23,00
23
63,8

B.  Hasil Belajar
Data hasil belajar siswa kelas XI SMA 1 Enrekang Kab. Enrekang pada siklus I dan siklus II yang berbentuk pilihan ganda yang dilaksanakan setelah tiap akhir siklus menunjukkan hasil yang meningkat. Adapun distribusi, frekuensi, dan persentase hasil belajar biologi siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan histogram pada Gambar 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.2  Statistik deskriptif nilai hasil belajar siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Enrekang pada siklus I dan siklus II melalui penerapan metode pembelajaran Make – A Match.

Statistik
Siklus I
Siklus II
Subjek
36
36
Rata-rata
67,31
73,44
Nilai Terendah
46,00
53,00
Nilai tertinggi
90,00
93,00

Pada tabel statistik deskriptif di atas terlihat bahwa rata-rata nilai hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang  meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 67,31 menjadi 73,44. Peningkatan nilai hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai tertinggi siswa pada siklus I adalah 90 dan nilai terendah. Sedangkan pada siklus II, nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa adalah 93 dan nilai terendah siswa adalah 53
Gambar 4.1 dan 4.2 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang pada siklus I tersebut terlihat bahwa distribusi nilai hasil belajar siswa adalah distribusi normal karena sebagian besar nilai siswa terdistribusi pada daerah rata-rata sedangkan pada siklus II terlihat bahwa nilai hasil belajar siswa terdistribusi pada daerah nilai tinggi dan nilai sangat tinggi.
Tabel 4.3  Distribusi, frekuensi, persentase dan kategori hasil belajar biologi siswa melalui penerapan metode pembelajaran make – A match pada siklus I dan siklus II

Interval Nilai

Kategori
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
80  - 100
Baik Sekali
9
12
25,00
33,33
66 – 79
Baik
13
17
36,11
47,22
56 – 65
Cukup
9
6
25,00
16,66
40 – 55
Kurang
5
0
13,88
0
0 – 39
Gagal
0
0
0
0
Jumlah
36
36
100
100

Tabel 4.3. Penerapan metode pembelajaran Make – A Match pada  SMA Negeri 1 Enrekang kelas XI IPA2 menunjukan  bahwa dari 36  siswa yang diajar pada siklus I penguasaan siswa terhadap materi secara umum belum maksimal. Ada 5 pengkatagorian pada table  yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang dan gagal. Siswa yang mendapat nilai pada kategori baik sekali hanya berjumlah 9 orang dengan presentase 25 % pada siklus I meningkat menjadi 12 orang pada siklus II dengan presentase 33,33 %. Ini berarti siswa pada kategori baik sekali mengalami peningkatan sebesar 8,33 %. Siswa yang mendapat nilai pada kategori baik berjumlah 13 orang dengan presentase 36,11 % pada siklus I meningkat  menjadi 17 orang pada siklus II dengan presentase 47,22 %. Ini berarti siswa pada kategori baik mengalam peningkatan sebesar 11,11%. Siswa yang mendapat nilai pada kategori cukup dan kurang  mengalami penurunan. Siswa yang mendapat nilai  pada kategori cukup dari 9 siswa dengan persentase 25% menjadi 6 siswa dengan persentase 16,66 % pada siklus II. Ini berarti siswa pada kategori cukup berkurang sebanyak 8,34 % Siswa yang mendapat nilai pada kategori kurang  berjumlah 5 orang dengan presentase 13,88 % pada siklus I menurun  menjadi tidak ada pada siklus II dengan presentase 0 %. Ini berarti siswa pada kategori kurang  berkurang 13,88 %. Katagori ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran Make- A Match  memberikan konstribusi positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Data mengenai ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa. Daya serap siswa terhadap materi sistem Reproduksi pada manusia dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi, frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dan siklus II dapat  dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4   Distribusi, frekuensi dan persentase kategori ketuntasan belajar biologi siswa melalui penerapan metode pembelajaran Make – A Match pada siklus I dan siklus II
Kategori
Skor
Siklus I
Siklus II
Jumlah siswa
Persen (%)
Jumlah siswa
Persen (%)
Tidak tuntas
Tuntas
0 - 64
65 - 100
14
22
38,89
61,11
5
31
13,88
86,11
Jumlah
36
100
36
100


Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 36 siswa kelas XI IPA2  SMA Negeri 1 Enrekang yang diajar dengan merapkan metode pembelajaran Make – A Match secara umum pada siklus I menunjukkan ketuntasan belajar siswa belum maksimal. Pada siklus I siswa yang tergolong dalam kategori tidak tuntas  berjumlah 14 siswa dengan presentase 38,89 %. Siswa yang berada pada kategori tuntas  berjumlah 22 siswa dengan persentase 61,11%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dimana pada siklus sudah menjadi 31 siswa dengan persentase 86,11 %, hal ini berarti siswa pada kategori tuntas  mengalami kenaikan sebesar 25 %.  Kenaikan ini diiringi dengan penurunan jumlah siswa yang berada pada kategori tidak tuntas dimana pada siklus I berjumlah 24 siswa dengan persentase 66,66 % menjadi 5 siswa pada siklus II dengan persentase 13,88 %, hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kategori tidak tuntas mengalami penurun sebesar 52,78 %.

C.    Refleksi
1. Refleksi siklus I
Siklus I yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan pada siklus I, proses pembelajaran  dirancang dengan metode pembelajaran  Make- A Matca. Diperoleh beberapa hal yang menjadi bahan refleksi, sehingga harus melanjutkan penelitian ke siklus II.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa sebagian besar komponen aktivitas sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan, yaitu 70% dari keseluruhan jumlah siswa. pada aktivitas siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan, komponen kemampuan bertanya, dan menjawab pertanyaan pada saat diskusi, di samping itu, persentase jumlah siswa yang tuntas juga tidak mencapai indikator keberhasilan.
Ketidakberhasilan pencapaian ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a)      Beberapa siswa masih belum maksimal menerima perencanaan pembelajaran pada saat penerapan metode make – a match, sehingga pada proses belajar mengajar berlangsung sikap siswa masih kaku, bingung dan masih sulit beradaptasi dengan teman kelompoknya.
b)      Semua siswa sudah mencatat materi pelajaran tapi masih banyak siswa yang catatanya kurang lengkap,terlebih lagi pada pertemuan pertama ada beberapa siswa yang terlambat.
c)      Kondisi Proses Belajar Mengajar (PBM) masih ribut, karena adanya beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain dan melakukan kegiatan keluar masuk kelas serta berbicara dengan teman kelompoknya, sehingga mengganggu konsentrasi teman yang lain.
d)     Pada kegiatan persentase hasil diskusi kelompok, masih ada siswa yang tidak percaya diri tampil di depan kelas untuk mewakili kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu merancang dan melakukan tindakan baru untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Tindakan baru yang telah dirancang oleh peneliti selanjutnya, Akan diaplikasikan pada siklus II, dan diharapkan dapat mengalami peningkatan, baik peningkatan dalam hal hasil belajar siswa maupun peningkatan dalam hal aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Refleksi Siklus II 
a)      Memberikan pengarahan dan pengenalan kembali tentang pembelajaran metode  make - match.
b)      Memberikan rangkaman kepada siswa untuk mengefisienkan waktu pemberian informasi  dan mengantisipasi catatan siswa yang kurang lengkap sehingga siswa lebih mudah mempelajari materi pelajaran dirumah dengan demikian diharapakan hasil belajar siswa dapat meningkat.
c)      Memberi kesempatan kepada siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih dari anggota kelompoknya untuk berbagi dan mengarahkan teman kelompoknya.
d)      Memberi penguatan kepada siswa untuk dapat percaya diri tampil didepan pada saat persentase kelompok dan mengubah posisi tempat duduk dan jarak bangku antara tiap kelompok agar kejadian-kejadian yang tidak diinginkan  tidak terjadi.
Hasil refleksi pada siklus II ini, didapatkan perubahan keaktifan dan kemandirian memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas, dan hasil belajar siswa, dimana secara umum hasilnya semakin sesuai dengan yang diharapkan.hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan, sedangkan sebagian besar aktivitas siswa juga mencapai keberhasilan, dimana komponen aktivitas kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan yang pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan, jumlah siswa yang melakukan aktivitas tersebut sudah meningkat Hal ini ditunjukkan juga oleh meningkatnya rata-rata nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 67,31% menjadi 73,44% dan persentase siswa yang tuntas pada siklus I yaitu dari 61,11% atau 22 siswa sedangkan pada siklus II menjadi 86,11% atau sebanyak 31 siswa dari keseluruhan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Nilai ini memenuhi indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu 70% sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

D.    Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X IPA2 SMAN I Enrekang yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran  make – a match. Dilihat dari hasil observasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make – A match, menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Adapun peningkatan yang dimaksud adalah meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang memperhatikan dan menyimak pengarahan guru maupun siswa yang mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya serta banyaknya siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, tanggapan atau komentar dalam mendiskusikan hasil pencarian soal/kartu yang dipegang dan banyaknya siswa yang berani tampil pada saat persentase.
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada siklus I masih adanya sejumlah siswa yang belum berperan aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Namun, hal-hal tersebut berkurang pada siklus II, siswa sudah mulai berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru mencoba memberi motivasi kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Menurut Thomas F Staton (dalam Haling, 2006) seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: 1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan 2) memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari. Kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi kegiatan belajar sulit untuk berhasil. Sedangkan menurut Hamalik (2001) aktivitas belajar itu sesungguhnya bersumber dari dalam diri sendiri. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah sasaran yang diinginkan.
Terjadinya peningkatan persentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa sebahagian besar siswa memiliki perhatian yang besar dalam belajar biologi, khususnya dalam pembelajaran biologi yang menerapkan metode pembelajaran make – a match. Peningkatan jumlah siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan kelompok lain menunjukkan keinginan siswa untuk lebih memahami materi pelajaran dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi serta menunjukkan keberanian mereka untuk bertanya serta berkurangnya siswa yang melakukan perilaku negatif patut untuk dihargai. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa berantusias dalam proses pembelajaran biologi dengan penerapan metode pembelajaran  make – a mach.
Menurut Hamalik (2008), penggunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena
a.       Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b.      Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral
c.       Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa
d.      Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas. 
Berdasarkan teori di atas, jelas terlihat bahwa aktivitas sangat berperan penting  dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami suatu pelajaran jika mereka berperan aktif dalam proses pembelajaran karena melalui mencari informasi sendiri maka siswa langsung mengalami sendiri dan akan memperoleh pengalaman sendiri. Begitupula siswa yang aktif dalam diskusi, diskusi mengajarkan siswa dalam mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis. Selain itu, aktivitas dalam pembelajaran dapat memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
Hasil belajar pada tabel 4.2 siklus 1 menunjukkan bahwa, indikator keberhasilan klasikal belum mencapai 70%. Belum tercapainya indikator keberhasilan tersebut disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran make – a match dengan kata lain siswa masih merasa asing dengan metode pembelajaran tersebut. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan mencari pasangan tidak tepat waktu. Hal ini dikarenakan siswa yang tergabung dalam kelompok-kelompok kecil masih banyak yang tidak benar-benar berusaha mencari dan menyelesaikan soal yang mereka pegang, akibatnya perlu tambahan waktu untuk menyelesaikannya. Berdasarkan beberapa masalah yang terjadi pada siklus I tersebut, salah satunya yang dipaparkan sebelumnya maka pengajar melakukan refleksi dan dari hasil refleksi pada siklus I pengajar melakukan perbaikan. Menurut Hull dalam Hamalik (2008), proses belajar merupakan upaya menumbuhkan kebiasaan melalui serangkaian percobaan. Untuk dapat memperoleh kebiasaan diperlukan adanya penguatan dalam proses percobaan. Untuk mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan maka peneliti melakukan perbaikan dengan bercermin pada hasil refleksi siklus I dalam hal ini ditekankan pada pengelolaan kelas agar siswa yang aktif dalam proses pembelajaran lebih meningkat dengan pemanfaatan waktu secara optimal.
Berdasarkan hasil analisis data secara kualitatif yang dikuantitatifkan dari data aktivitas belajar dan data kuantitatif dari hasil belajar, maka terlihat bahwa pembelajaran make – a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMAN I Enrekang. Selain hasil belajar yang meningkat, juga aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar juga meningkat. Ini sesuai yang dikatakan Sardiman (2001: 75) bahwa “belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, minat, dan penyesuaian diri. Pada siklus II, Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ramadhan (2008), bahwa metode pembelajaran make – a match mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.
Pada tabel 4.4 penelitian tersebut diatas telah mengalami peningkatan meskipun pada siklus II setelah dilakukan refleksi dari 36 siswa yang mengikuti tes, sebanyak 5 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas , hal tersebut terjadi karena dari 5 orang siswa ini ada 2 orang yang hanya masuk  absen lalu meninggalkan kelas selama penelitian ini, terdapat 3 orang yang sangat malas, sering terlambat serta bermain-main dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang di dapatkan pada lembar observasi aktivitas siswa . Siswa yang berjumlah 5 orang ini yang pada siklus II berada pada kategori tidak tuntas maka dilakukan remidial.
Kendala dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu dalam proses pelaksanaan pembelajaran  make – a match, karena dalam pelaksanaan make – a match ini memerlukan waktu yang cukup banyak, sedang waktu disekolah sudah disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Sulit untuk mengerti tanpa  suatu  dasar  pengetahuan faktual  (nyata).Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ramadhan (2008), bahwa pembelajaran  metode make - a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Ramadhan menunjukkan bahwa pada siklus I, persentase jumlah siswa yang dapat mencapai nilai ketuntasan minimal adalah 67,50%, meningkat pada siklus II menjadi  87,50%. Berdasarkan data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran make- A match dalam pembelajaran biologi di sekolah dapat memberikan kontribusi positif terhadap aktivitas, dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Enrekang Kabupaten Enrekang.




















    
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Aktifitas belajar siswa selama diterapkannya pembelajaran metode Make – a match dalam proses pembelajaran biologi pada siswa kelas XI IPA2 SMAN I Enrekang menunjukkan adanya peningkatan disetiap indikator yang diamati dari siklus I ke siklus II pada lembar observasi.
2.      Melalui penerapan pembelajaran metode make – a match, hasil belajar biologi siswa  kelas XI IPA2 SMAN I Enrekang meningkat dari siklus I ke siklus II. sedangkan dari segi ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 70% dari jumlah siswa dengan skor minimal 65.

B.   Saran
Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti adalah.
1.    Metode pembelajaran make – a match dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran biologi pada konsep sistem reproduksi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.    Diharapkan pada peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa, hendaknya lebih meningkatkan pemberian motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.   
3.    Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan memperkuat hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian selanjutnya dengan materi yang berbeda.


















DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2004. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik” Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Haling, Abdul; Parumbuan; Pattaufi; Nurhikmah Arsal; Arnidah; dan Faridah Pebrianti. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar Cetakan Ketujuh. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosim, Muhammad. 2010. Pengertian Hasil Belajar. Uangtabungan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2010.

Munawar, Indra. 2009a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar. Indramunawar.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 juni 2010.

Munawar, Indra.  2009b. Hasil Belajar (Pengertian dan defenisi). Indramunawar. blogspot.com. Diakses pada tanggal 1 juni 2010.

Nurhayati, B. 2008. Strategi Pembelajaran Biologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Rahayu, Sri. 2009. Model Pembelajaran Cooperative dengan Metode Make A Match. www.pelawiselatan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 juni 2010.
Ramadhan. 2008. Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”. http:// tarmizi. wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 Juni 2010.

Sadiman, Arief; Rahardjo; Anung Haryono; dan Rahardjito. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setyowati, Maharani. 2009. Upaya Peningkatan Respon dan Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Think Pair Share. http://etd.eprints.ums.ac.id/4528/1/a410040211.pdf. Diakses pada tanggal 3 Juli  2010.

Sridesy. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction (Arias) pada Materi Pembelajaran Rea. www. oneindoskripsi.com. Diakses pada tanggal 3 Juli  2010.


Sudrajat, Akhmad. 2008. Media pembelajaran  tentang Pendidikan.com. Diakses pada tanggal 16 Juni 2010.

Susilowati. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Kesebangunan Menggunakan Pendekatan Kerja Kelompok bagi Siswa Kelas IX A Semester 1 SMP 2 Jati Kudus Tahun Pelajaran 2006 / 2007. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/hash01be.dir/ doc. pdf. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2010.

Suyatna, Agus. 2009. Hubungan Hasil Belajar, Sikap dan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inquri. Lampung: FKIP Univ Lampung.
Wena, Made.2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar